Kiai dan Bangsat

Saturday, September 20, 2014

Seorang kiai memimpin sebuah pesantren kecil di Kebondalem, bernama KIai Haji Anwar, terkenal sabar dan wara’. Wajahnya selalu bersih karena keikhlasannya. Ia tidak pernah mengeluh walaupun hari-harinya dipenuhi kesibukan mengurus para santri dan masyarakat sekitarnya.
Ia tidak pernah menolak udangan, kecuali jika ada halangan yang tidak mungkin ditinggalkannya. Kepada orang kaya ia baik, kepada orang melarat ia lebih baik. Kalau ada jemaah yang meninggal dunia, ia paling dulu tiba dan paling belakang pulang. Jika melawat kek kuburan selalu paling depan meskipun umurnya paling tua. Suaranya menggeletar apabila membaca talkin di depan makam, membuat yang di kuburan bersumpah akan tobat sekembali mereka dari upacara pemakaman. Paling tidak janji itu dilaksanakan waktu belum seberapa jauh berjalan pulang. Apakah yang mati mendengar talkin yang dibacanya atau tidak, Kiai Anwar hanya mengembalikan urusannya kepada Yang Maha Mendengar, yaitu Allah, tempat berpulang semua makhluk.

Kiai Haji Anwar hampir selalu pulang larut malam. Sebab ia mengajar dari pagi hingga larut. Ia bersedia mendatangi pengajian dimanapun ia dibutuhkan. Ia tidak berpegang pada aturan, gayung harus mendatangi tempayan. Jika perlu tempayan yang menggelinding mendatangi gayung-gayung yang kehausan.

Lepas subuh ia sudah mengajar. Pada saat pencuri keluar, ia baru pulang. Maka kampungnya aman melebihi centeng penjaga malam. Biasanya ia pulang jam dua belas. Jam satu tidur, jam tiga bangun untuk melaksanakan shalat tahajud, kemudian membaca Alquran pelan-pelan menunggu bedug dipukul. Begitu tiap malam. Tidurnya hanya sedikit. Makannya Cuma sedikit. Amalnya yang banyak. Sedekah orang tidak pernah ditolak, tetapi ia tidak pernah memintanya. Yang disimpan hanya sebagian, selebihnya menjadi rezeki orang-orangyang tidak bisa membayar hutang, atau lantaran yang mau berobat lantaran sakit. 

Pada usatu hari jam dua ia baru tiba dirumah, sebab ada seorang ayah santri sedang sakaratul maut, yang terpaksa ditungguinya hingga nyawanya terlepas sambil bibirnya mengucapkan kalimat tauhid berkat bimbingannya. Istrinya telah tertidur menunggu kedatangannya yang begitu larut. Hampir setengah jam baru anaknya terjaga, itu pun setelah si bayi mengencinginya.

Kiai sesudah berwudlu baru tidur, kurang lebih pukul setengah tiga malam. Ternyata malam itu ia tidak bisa menikmati mimpinya terlalu lama. Jam tiga malam kutu-kutu busuk di balai-balainya kelaparan sehingga salah seekor menggigit pahanya. Kiai terbangun.

Umumnya orang lain akan marah-marah kepada binatang kecil itu, yang sering juga dinamakan kepinding. Danbiasanya nasib kepinding sudah dapat diramal kalau tertangkap oleh manusia. Dipencet remuk hinggakeluar darah hitamnya, disertai kutuk dan serapah karena sudah mengusik istirahat manusia yang sedang lelah dan diserang kantuk.

Namun ,Kiai Haji Anwar tidak. Pada waktu makhluk kecil yang terkenal dengan nama bangsat itu tertangkap oleh tangan kanannya, sama sekali tidak disakitinya. Dipindahkannya bangsat itu ke tempat lain, supaya tidak mengganggunya lagi. Lalu sambil menggaruk-garuk pahanya yang gatal, Kiai Anwar berkata, “Alhamdulillah,untung ada kepinding. Andaikata tidak ada makhluk kecil yang disebut kepinding ini, pasti aku tidak akan bisa merasakan nikmatnya menggaruk-garuk paha yang gatal.”

Memang, dalam benak Kiai Anwar terbersit pikiran, karena ada kepindingyang menggigit pahanya maka ia merasa gatal. Dengan adanya rasa gatal, kalau digaruk nikmat. Tapi kalau tidak ada rasa gatal, digaruk-garuk bahkanmenjadi merah dan sakit kulitnya.


Dikutip Dari : Cerita Islami

Kematian Bisa Diundur

Kematian memang di tangan Allah. Maka ada satu hal yang bisa membuat kematian menjadi sesuatu yang bisa ditunda, yaitu kemauan bersedekah, kemauan berbagi dan peduli.
SUATU hari, Malaikat Kematian mendatangi Nabiyallah Ibrahim, dan bertanya, “Siapa anak muda yang tadi mendatangimu wahai Ibrahim?”
“Yang anak muda tadi maksudnya?” tanya Ibrahim. “Itu sahabat sekaligus muridku.”
“Ada apa dia datang menemuimu?”
“Dia menyampaikan bahwa dia akan melangsungkan pernikahannya besok pagi.”
“Wahai Ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai besok pagi.” Habis berkata seperti itu, Malaikat Kematian pergi meninggalkan Nabiyallah Ibrahim. Hampir saja Nabiyallah Ibrahim tergerak untuk rriemberitahu anak muda tersebut, untuk menyegerakan pernikahannya malam ini, dan memberitahu tentang kematian anak muda itu besok. Tapi langkahnya terhenti. Nabiyallah Ibrahim memilih kematian tetap menjadi rahasia Allah.

Esok paginya, Nabiyallah Ibrahim ternyata melihat dan menyaksikan bahwa anak muda tersebut tetap bisa melangsungkan pernikahannya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, Nabiyallah Ibrahim malah melihat anak muda ini panjang umurnya.

Hingga usia anak muda ini 70 tahun, Nabiyallah Ibrahim bertanya kepada Malaikat Kematian, apakah dia berbohong tempo hari sewaktu menyampaikan bahwa anak muda itu umurnya tidak akan sampai besok pagi? Malaikat Kematian menjawab bahwa dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda tersebut, tapi Allah menahannya. “Apa gerangan yang membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawa anak muda tersebut, dulu?”

“Wahai Ibrahim, di malam menjelang pernikahannya, anak muda tersebut menyedekahkan separuh dari kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah memutuskan untuk memanjangkan umur anak muda tersebut, hingga engkau masih melihatnya hidup.”

Saudara-saudaraku, pembaca “Kajian WisataHati” dimanapun Anda berada, kematian memang di tangan Allah. justru itu, memajukan dan memundurkan kematian adalah hak Allah. Dan Allah memberitahu lewat kalam Rasul-Nya, Muhammad shalla `alaih bahwa sedekah itu bisa memanjangkan umur. jadi, bila disebut bahwa ada sesuatu yang bisa menunda kematian, itu adalah…sedekah.

Maka, tengoklah kanan-kiri Anda, lihat-lihatlah sekeliling Anda. Bila Anda menemukan ada satu-dua kesusahan tergelar. maka sesungguhnya Andalah yang butuh pertolongan. Karena siapa tahu kesusahan itu digelar Allah untuk memperpanjang umur Anda. Tinggal apakah Anda bersedia menolongnya atau tidak. Bila bersedia, maka kemungkinan besar memang Allah akan memanjangkan umur Anda.

Saudara-saudaraku sekalian, tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan ajalnya akan sampai. Dan, tidak seseorangpun yang mengetahui dalam kondisi apa ajalnya tiba. Maka mengeluarkan sedekah bukan saja akan memperpanjang umur, melainkan juga memungkinkan kita meninggal dalam keadaan baik. Bukankah sedekah akan mengundang cintanya Allah? Sedangkan kalau seseorang sudah dicintai oleh Allah, maka tidak ada masalahnya yang tidak diselesaikan, tidak ada keinginannya yang tidak dikabulkan, tidak ada dosanya yang tidak diampunkan, dan tidak ada nyawa yang dicabut dalam keadaan husnul khatimah.

Mudah-mudahan Allah berkenan memperpanjang umur, sehingga kita semua berkesempatan untuk mengejar ampunan Allah dan mengubah segala kelakuan kita, sambil mempersiapkan kematian datang. Sampai ketemu di pembahasan berikutnya. Insya Allah, kita masih membahas “sedikit tentang menunda umur, tapi kaitannya dengan kesulitan-kesulitan hidup yang kita hadapi “.

Salam, Yusuf Mansur.
Salam Wisata Hati.

“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan” (An-Nisaa: 78)


Dikutip Dari : Cerita Islami

Seorang Anak dan Gambar Persegi

Di suatu senja, duduklah seorang ibu yang sedang membantu anak-anaknya mengulang-ulang pelajaran mereka. Sang ibu memberi putra kecilnya yang berusia 4 tahun sebuah buku gambar agar tidak mengganggunya dalam memberikan keterangan terhadap pelajaran saudara-saudaranya yang lain.
 Tiba-tiba sang ibu teringat bahwa dia belum menghadirkan makan malam untuk ‘ayah suaminya’ (mertuanya), seorang yang sudah lanjut, dan hidup bersama mereka di sebuah kamar di luar bangunan rumah, yaitu di pelataran rumah. Adalah sang ibu melayaninya sesuai dengan kemampuannya, dan sang suami ridha dengan pelayanan terhadap ayahnya yang tidak pernah meninggalkan kamarnya karena kesehatannya yang lemah.

Sang ibupun cepat-cepat memberi sang mertua makanan. Dan bertanya kepadanya, apakah sang ayah membutuhkan pelayanan lain, lalu dia pergi meninggalkannya. Saat dia kembali ke tempatnya bersama dengan putra-putrinya, dia memperhatikan bahwa anak bungsunya tengah menggambar lingkaran dan persegi.  Dia meletakkan di dalam lingkaran dan persegi tersebut simbol-simbol. Maka sang ibupun bertanya: “Apa yang kamu gambar?” Si bungsu menjawab dengan penuh kecerdasan:“Sesungguhnya aku tengah menggambar rumahku yang nanti aku akan tinggal di dalamnya saat aku dewasa dan menikah.”

Jawaban si anak menggembirakan sang ibu. Lalu sang ibu bertanya: “Di mana engkau akan tidur?” Si anakpun memperlihatkan kepada sang ibu setiap persegi dan berkata: “Ini adalah kamar tidur….ini dapur … ini ruang tamu..” Dia menghitung-hitung apa saja yang dia ketahui dari ruang-ruang yang terdapat di rumahnya.

Lantas dia meninggalkan satu kotak persegi sendirian di luar daerah yang telah dia gambar yang mencakup keseluruhan kamar. Sang ibu pun terheran, dan berkata: “Lalu mengapa kamar ini ada di luar rumah? Terpisah dari kamar kamar yang lain?” Si anak menjawab: “Kamar tersebut untuk ibu, aku akan meletakkan ibu di sana, ibu akan hidup di sana sendirian sebagaimana kakekku yang sudah tua.”

Sang ibupun terkejut dengan apa yang dikatakan oleh putranya…!!!
“Apakah aku akan sendirian di luar rumah di pelataran rumah tanpa bisa bersenang-senang dengan berbicara bersama anak-anakku? Aku tidak bisa berbahagia dengan ucapan-ucapan mereka, kebahagiaan mereka, dan permainan mereka saat aku lemah, tidak mampu menggerakkan tubuh? Siapa yang aku ajak bicara saat itu? Apakah aku akan menghabiskan sisa umurku sendirian di antara empat sisi dinding kamar tanpa bisa mendengar suara anggota keluargaku? Maka sang ibu cepat-cepat memanggil pembantu, kemudian dengan cepat memindah perabotan ruang tamu yang biasanya merupakan ruang yang paling baik, kemudian menghadirkan ranjang ayah suaminya, lalu memindah perabotan ruang tamu ke dalam kamar sang kakek yang ada di pelataran rumah.

Di saat sang suami pulang, dia terperanjat dengan apa yang dia lihat, dan takjub, lalu bertanya apa penyebab perubahan ini? Sang istri menjawab dengan air mata yang berlinangan di kedua matanya:“Sesungguhnya aku memilih ruang yang paling indah untuk kita hidup didalamnya jika Allah memberikan kepada kita umur sampai usia lanjut yang lemah untuk bergerak. Dan biarlah tamu berada di ruang luar di pelataran rumah.”

Sang suami pun faham apa yang dimaksud oleh sang istri, lalu memuji perbuatannya terhadap ayahnya yang tengah melihat kepada mereka dengan senyuman dan pandangan mata keridhaan. Sementara sang anak… dia menghapus gambarnya… dan tersenyum.
 
Kisah ini dikirim via email oleh  sahabatku Haris Risyana, dikutip dari majalah Qiblati ed 11 tahun 2009, dan saya publikasikan kembali di blog ini, semoga bermanfaat bagi pengunjung blog ini dan saya pribadi.


Dikutip Dari : Cerita Islami

Dia Jujur Sekalipun Dia Pembohong

Abu Hurairah ra., berkata, “Rasulullah SAW menyerahkan kepadaku penjagaan dan pengawasan zakat (Baitul Maal) di bulan Ramadhan.  Pada saat menjelang subuh, datang seseorang untuk mencuri makanan, kemudian aku tangkap dan aku berkata kepadanya, “Sungguh aku akan melaporkan engkau kepada Rasulullah SAW.” Kemudian pencuri itu berkata, “Lepaskan aku, sungguh aku berbuat demikian, karena aku dan keluargaku sangat membutuhkan makanan ini.” 
Abu Hurairah merasa iba hatinya dan kemudian pencuri itu dilepaskannya.
Pagi harinya Rasulullah SAW datang dan Abu Hurairah menceritakan tentang kejadian semalam, “Wahai Abu Hurairah, apa yang dikerjakan tawanan itu semalam?” tanya Rasulullah kepada Abu Hurairah.  “Ya.. Rasulullah, dia mengadu bahwa keluarganya sangat membutuhkan makanan, sehingga aku merasa kasihan padanya dan kemudian aku melepaskannya.”  “Ketahuilah, Abu Hurairah, sesungguhnya dia berbuat kebohongan padamu dan dia akan kembali lagi.” ujar Rasulullah SAW kepada Abu Hurairah.
Mendengar jawaban tegas dari Rasulullah SAW itu, Abu Hurairah percaya dan dia pun siap menanti kedatangan pencuri itu.  Ternyata benar, pencuri itu datang lagi untuk mengambil makanan. Dan untuk yang kedua kalinya Abu Hurairah menangkap orang itu seraya berkata kepadanya, “Sungguh, sekarang aku akan melaporkan engkau kepada Rasulullah SAW.”  Kembali pencuri itu berkata, “Jangan, jangan.., lepaskan aku dan aku berjanji tidak akan datang lagi selamanya.  Ketahuilah bahwa aku mencuri karena aku punya banyak kebutuhan, aku punya keluarga dan anak yang sangat membutuhkan itu semua.”  Mendengar keluh pencuri itu pun hati Abu Hurairah tidak tega dan dengan menyatakan tidak akan mencuri lagi, maka pencuri itupun dilepaskannya.
Seperti biasa pagi harinya, Rasulullah SAW datang untuk mengontrol dan bertanya kepada Abu Hurairah, “Bagaimana cerita semalam tentang pencuri itu wahai Abu Hurairah..?” Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, dia tetap mengadukan tentang kebutuhan keluarganya dan dia berjanji tidak akan kembali lagi.  Aku sangat iba kepadanya, maka aku melepaskannya lagi.”  Rasulullah SAW tersenyum kemudian berkata, “Sesungguhnya dia telah berbohong kepadamu, namun dia akan kembali lagi.”
Abu Hurairah pun merasa bingung dan untuk kali ini dia akan berusaha untuk hati-hati dalam memutuskan sesuatu, tapi tetap ada perasaan bahwa pencuri itu akan kembali lagi dengan adanya keterangan dari Rasulullah.
Malam berikutnya, dengan rasa penasaran Abu Hurairah menanti datangnya pencuri itu.  Ternyata benar, pencuri itu datang lagi dan Abu Hurairah kembali menangkapnya, “Sungguh kali ini aku harus melaporkan kepada Rasulullah, sebab sudah tiga kali engkau mencuri dan engkau juga berjanji tidak akan kembali lagi, namun kenyataannya engkau kembali lagi.”  Pencuri itu berkata, “Lepaskan aku.. wahai Abu Hurairah, sebagai imbalannya akan kuajarkan kepadamu beberapa kalimat yang Allah akan memberikan manfaat kepadamu.”
“Kalimat apakah itu?” tanya Abu Hurairah.  “Bila engkau akan tidur dan telah meletakkan badan di tempat tidur, maka bacalah Ayat Kursi sampai selesai.  Sesungguhnya Allah akan menjagamu dan setan tidak akan mendekat padamu sampai pagi” jawab pencuri itu.  Abu Hurairah terpesona dengan ajaran pencuri itu kemudian kembali dia melepaskannya.
Pagi harinya sebelum Rasulullah Muhammad SAW datang, Abu Hurairah mendatangi beliau, kemudian Rasulullah pun berkata, “Apa yang dilakukan oleh tawanan itu semalam?” Abu Hurairah menjawab, “Dia mengajarkan beberapa kalimat yang Allah akan memberikan manfaat kepadaku, lalu aku lepaskan dia.”  “Kalimat apakah itu?” tanya Rasulullah selanjutnya.  “Wahai Rasulullah, tawanan itu berkata kepadaku, agar aku membaca Ayat Kursi apabila akan tidur.” jawab Abu Hurairah.
“Ingat..! Sesungguhnya dia kali ini jujur kepadamu, sekalipun dia pembohong. Sekarang wahai Abu Hurairah, apakah engkau tahu siapa yang engkau ajak berbicara sejak tiga malam itu?” tanya Rasulullah SAW, dan Abu Hurairah pun menjawab, “Aku tidak tahu dan tidak mengenal dia wahai Rasulullah.”  Kemudian Rasulullah SAW menjelaskan, “Ketahuilah Abu Hurairah, bahwa dia adalah Setan.”
Hadits ini diriwayatkan kembali oleh Bukhari – Muslim, dan satu pelajaran yang dapat diambil dari padanya bahwa, apabila setan mengajarkan apa saja kepada kita dan membujuk dengan tipu daya, maka jangan kita terima, sebab setan itu musuh manusia yang nyata, kecuali apa yang telah diterangkan Rasulullah SAW dalam hadits di atas.
Jika Rasulullah SAW menyatakan bahwa kali ini setan itu jujur walau dia pembohong, maka ikuti saja apa yang telah Rasul nyatakan, tapi jika yang menyatakan bukan Rasulullah SAW, maka janganlah kita percaya, sebab setan itu musuh.  Alhamdulillah, semoga kita selalu mendapat rahmat Allah SWT sehingga selalu terhindar dari bujuk rayu setan.

Sudah Lama Kami Menunggumu

    Sebagian orang berkata bahwa mimpi itu adalah bunga tidur. Ada juga yang mengatakan bahwa mimpi itu hayalan seseorang yang ingin dicapai namun sangat sulit untuk diwujudkan dalam kenyataan. Tapi mimpi seorang yang shaleh lagi bersungguh sungguh dalam amal agama maka itu adalah isyarat atau ilham dari Rabb yang maha suci,bahkan apabila kita mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW maka itu adalah sebuah pertemuan dengan

   Rasulullah SAW sebagaimana pertemuan Beliau SAW dengan sahabat sahabatnya sewaktu mereka masih hidup, karena syaitan tidak akan pernah bisa meniru bentuk fisik dari Rasulullah SAW.
Adalah sebuah kisah mimpi yang menjadi penyemangat dalam berjihad dijalan Allah. Mimpi ini dialami oleh seorang yang shaleh bernama Sa’id bin Harits. Mimpi ini ia alami pada malam hari pada peristiwa berjihad melawan Romawi pada tahun 38 H. Sa’id bin Harits dikenal sebagai ahli ibadah. Siangnya diisi dengan shaum dan malamnya diisi dengan tahajud. Begitu juga amalan zikir dan tilawahnya selalu istiqomah dia kerjakan. Seakan akan itu adalah menu makanannya sehari hari yang tidak bisa ia tinggalkan.

Malam itu Sa’id bin Harits sedang bergantian berjaga/khirosah dengan teman satu tendanya didaerah pertahanan musuh. Karena merasa ngantuk maka Sa’id bin Harits minta agar diberi kesempatan tidur lebih dulu sehingga nanti ia bisa bangun tengah malam bergiliran untuk mendapat tugas menjaga temannya sekalian mendirikan qiyamullail.

Lalu dia tidur. Di saat itu terdengar Said berbicara dan tertawa, lalu mengulurkan tangan kanannya seolah-olah mengambil sesuatu kemudian mengembalikan tangannya sambil tertawa. Kemudian ia berkata, ‘Semalam.’ Setelah berkata seperti itu tiba-tiba ia melompat dari tidurnya dan terbangun dan bergegaslah dia bertahlil, bertakbir, dan bertahmid.
Sepontan saja teman satu tendanya merasa kaget dan menanyakan apa yang baru saja ia alami dalam mimpinya
Sa’id bin Harits menjawab, ‘Aku melihat ada dua orang yang belum pernah aku lihat kesempurnaan dalam diri mereka dan belum pernah aku melihat mereka berdua sebelumnya. Dua orang itu berkata kepadaku, ‘Wahai Sa’id, berbahagialah, sesungguhnya Allah swt. telah mengampuni dosa-dosamu, memberkati usahamu, menerima amalmu, dan mengabulkan doamu. Pergilah bersama kami agar kami menunjukkan kepadamu kenikmatan-kenikmatan apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepadamu.’

Tak henti-hentinya Sa’id menceritakan apa-apa yang dilihatnya, mulai dari gedung gedung yang megah, para bidadari, permadani permadani yang indah, sungai madu dan cangkir cangkir yang terbuat dari emas hingga tempat tidur yang di atasnya ada seorang bidadari yang tubuhnya bagaikan mutiara yang tersimpan di dalamnya. Bidadari itu berkata kepadanya, “Sudah lama kami menunggu kehadiranmu.” Lalu aku berkata kepadanya, “Di mana aku?” Dia menjawab, “Di surga Ma’wa.” Aku bertanya lagi, “Siapa kamu?” Dia menjawab, “Aku adalah istrimu untuk selamanya.”
Sa’id melanjutkan ceritanya. “Kemudian aku ulurkan tanganku untuk menyentuhnya. Akan tetapi dia menolak dengan lembut sambil berkata, ‘Untuk saat ini jangan dulu, karena engkau akan kembali ke dunia.’ Aku berkata kepadanya, “Aku tidak mau kembali.” Lalu dia berkata, “Hal itu adalah keharusan, kamu akan tinggal di sana selama tiga hari, lalu kamu akan berbuka puasa bersama kami pada malam ketiga, insya Allah.”

Lalu aku berkata, “Semalam, semalam.” Dia menjawab, “Hal itu adalah sebuah kepastian.” Kemudian aku bangkit dari hadapannya, dan aku melompat karena dia berdiri, dan saya terbangun dari tidurku.
Mendengar ceritanya itu seorang sahabatnya berkata, “Bersyukurlah kepada Allah, wahai saudaraku, karena Dia telah memperlihatkan pahala dari amalmu.” Lalu Sa’id berkata, “Apakah ada orang lain yang bermimpi seperti mimpiku itu?” sahabatnya menjawab, “Tidak ada.” Sa’id berkata, “Dengan nama Allah, aku meminta kepadamu untuk merahasiakan hal ini selama aku masih hidup.” sahabatnya menjawab, “Baiklah.”

Lalu Sa’id keluar di siang hari untuk berjihad mengangat pedang melawan musuh musuh Allah sambil berpuasa, dan di malam hari ia melakukan shalat malam,tilawah dan zikir sambil dipenuhi isak tangis. Sampai tiba saatnya, dan sampailah malam ketiga. Dia masih saja berperang melawan musuh, dia membabat musuh-musuhnya tanpa sekalipun terluka.. Sampai pada saat matahari menjelang terbenam, seorang lelaki melemparkan panahnya dari atas benteng dan tepat mengenai tenggorokannya. Kemudian dia jatuh tersungkur, sahabatnya yang satu tenda mendekatinya dan berkata kepadanya, “Selamat atas kemenanganmu.kamu akan berbuka pada malam ini, seandainya aku bisa bersamamu, seandainya….”

Dengan sangat lirih meregang nyawa Sa’id ingin mengatakan ‘Rahasiakanlah ceritaku itu hingga aku meninggal’. Kemudian dari bibirnya keluar kata-kata, “Segala puji bagi Allah yang telah menepati janji-Nya kepada kami.” Maka demi Allah, dia tidak berucap kata-kata selain itu sampai dia meninggal.
Sahabatnya itupun berlari kepada kawan kawannya dan menyeru dengan lantang, “Wahai hamba-hamba Allah, hendaklah kalian semua melakukan amalan untuk hal seperti ini,”. Keesokan harinya pasukan muslimin pergi menyerbu benteng musuh dengan niat yang tulus dan dengan hati yang penuh kerinduan kepada Allah swt. Dan sebelum berlalunya waktu Dhuha benteng sudah bisa dikuasai berkat seorang lelaki shaleh itu, yaitu Sa’id bin Harits.

Dikutip Dari : Cerita Islami
 
Support : Segitiga Ilmu | Getaran Ilmu | Bang Tomo
Copyright © 2012. Segitiga Ilmu - All Rights Reserved
Created By Creating Website | Modified SnowClift
powered by Blogger