oleh : Abu Usamah Al-Kadiry -hafizahullahu-
ALLAH Subhanahu wa Ta’ala menciptakan segala sesuatu serba berpasangan.
Allah Ta’a telah menciptakan kehidupan, Dia juga yang menciptakan kematian. Dan sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap yang bernyawa tentulah akan mati.
Entah itu pejabat yang konglomerat atau pengemis yang melarat, semuanya akan menemui ajalnya.
Saudara pembaca yang dirahmati Alloh Subhanahu wa Ta’ala, bila ketentuan Allah Ta’a tadi datang menjemput kita, maka kira-kira apa saja yang telah kita siapkan..?!
Atau malah kita tidak punya persiapan..?!
Padahal jika kita telah didatangi sang penghancur kelezatan ini tidak akan mungkin ada yang bisa menghalangi.
Kematian Adalah Sebuah Kepastian
Saudaraku, ketahuilah sesungguhnya kematian adalah hal yang paling ditakutkan oleh para pemburu dunia, sebab ia adalah penghancur kenikmatan dunia yang semu, dan yang pasti Ia akan terus dan terus mencari makhluk yang bernyawa guna dijadikan mangsa, walaupun bersembunyi di balik benteng nan kokoh.
Firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala :
أَيْنَمَا تَكُونُواْ يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akanmendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam bentengyang tinggi lagi kokoh…” (QS. An-Nisa’ [4] : 78)
Antara Husnul Khothimah dan Su’ul Khotimah
Dalam mengakhiri kehidupan dunia ini seorang hamba hanya mempunyai dua keadaan, tidak lebih. Bila bukan akhir yang bagus, pasti ia akan menutup usianya dengan kesudahan yang jelek. Tentu kita semua merasa was-was jika ternyata kita mengakhiri hidup ini dengan kesudahan yang jelek, na’udzubillah min dzalik. Sebab itu, di bawah ini kami bawakan sebagian sebab pokok yang menjadikan akhir kehidupan manusia jelek supaya dapat kita jauhi.
1. Menunda-nunda taubat
Perhatikan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala berikut:
وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ
وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ العَذَابُ بَغْتَةً وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
أَن تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَى علَى مَا فَرَّطتُ فِي جَنبِ اللَّهِ
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, danberserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azabkepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telahditurunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azabkepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidakmenyadarinya, supaya jangan ada orang yang mengatakan:”Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam(menunaikan kewajiban) terhadap Allah….” (QS. Az-Zumar [39] : 54-56)
2. Panjang angan-angan
Inilah salah satu bentuk anak panah Iblis yang dilesatkannya ke arah anak Adam ‘alaihissalam.
Mengingat bahayanya senjata ini, Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata :
“Dan sebab semua bentuk peremehan terhadap kebaikan atau kecenderungan pada maksiat adalah panjangnya angan-angan….
Tidak syak lagi bahwa siapa saja yang mengira masih hidup besok pagi, ia akan bekerja dengan sangat santai malam harinya. Dan barang siapa yang menggambarkan seakan kematian sangat dekat, ia akan bersungguh-sungguh.
Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :
“Sholatlah kalian bagai orang yang akan berpisah (mati).” [HR. Ibnu Majah: 4171, dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah: 1421, 1914. (al-Muntaqo an-Nafis min Talbis Iblis: 560)]
3. Gemar maksiat
Banyak maksiat membuat hati tertutup. Jika sudah tertutup serta mati ia tidak akan dapat mendengar seruan Ilahi.
Bahkan pada saat sekarat ia mungkin tidak bisa mengikuti talqin kalimat syahadat padahal itulah kunci surganya. Banyak kisah memilukan yang kita dengar tentang hal ini, pada saat orang yang sekarat diingatkan untuk mengucapkan kalimat syahadat, dia malah menyanyi atau mengingat kebiasaan masa lalunya yang jelek.
Na’udzubillah min dzalik.
Sedangkan di antara tanda husnul khotimah ialah:
1. Akhir kata yang ia ucapkan adalah kalimat syahadat.”
(HR. Abu Dawud : 3116, dihasankan oleh al-Albani dalam Irwa’ul Gholil: 617)
2. Meninggal dalam amalan yang sholih. (HR. Bukhori: 3208)
3. Jihad dalam agama Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan niat yang baik.” (HR. Muslim: 1899)
Ahli Surga Ataukah Ahli Neraka..?!
Saudaraku kaum muslimin, dalam menentukan tempat kembali mayit setelah meninggal apakah di surga atau di neraka hal ini hanya hak Allah Subhanahu wa Ta’ala saja, bukan makhluk.
Jadi konsekuensinya kita tetap dilarang memastikan bahwa fulan yang meninggal dalam amalan yang baik akan pasti masuk surga, atau fulan yang meninggal dengan sekarat yang sangat menyakitkan pasti masuk neraka.
Namun hak kita hanyalah memohon dan mengharap, dan jika kita menghukumi, maka kita hukumi yang nampak saja, sedangkan urusan akhiratnya kita serahkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Saudaraku berhati-hatilah selalu dengan masalah ini jangan sampai kita termasuk orang yang berkata atas Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa ilmu, lalu kita masuk neraka karenanya.” (lihat Aqidah Thohawiyyah poin ke 59)
Bekal yang Diperlukan
Maut bisa datang kapan saja untuk memindahkan kita dari alam dunia menuju barzakh yang gelap gulita.
Tentu kita tidak ingin sengsara di dalamnya. Oleh karenanya, di antara hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh calon mayit sebelum maut menjemputnya adalah:
1. Amal sholih, sodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Bila manusia mati akan terputus darinya semua amalannya kecuali tiga, shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim: 1631)
2. Berdo’a agar dikaruniai husnul khotimah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
“Barang siapa yang benar-benar memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mati syahid, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyampaikannya kepada tingkatan para syuhada walaupun ia meninggal di atas kasurnya.” (HR. Muslim: 1909)
3. Minta agar dihindarkan dari adzab kubur
Di antara caranya yaitu dengan banyak membaca Surat al-Mulk [Dalam hadits riwayat at-Tirmidzi: 2891 dengan lafazh yang berbeda.], karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
“Surat Tabarok, ia adalah penghalang dari fitnah kubur.” [Lihat dalam Silsilah Ahadits Shohihah : 1140, dan sanad hadits ini hasan.]. Atau, berdo’a dalam duduk tasyahud akhir agar dihindarkan dari empat fitnah (hal yang jelek). [HR. Bukhori: 3/197 dan Muslim: 588]
4. Bertaubat dan banyak istighfar
Karena pada dasarnya tabiat manusia sangat cenderung untuk berbuat salah dan dosa, juga kita tidak akan pernah tahu kapan Robb kita menghendaki nyawa ini dicabut.” [HR. Muslim: 2702]
5. Memohon kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala untuk diteguhkan hatinya dalam agama Islam, karena hati manusia adalah berbolak-balik.” [HR. Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah, disohihkan al-Albani dalam Zhilal al-Jannah: 225.]
Dunia dan Akhirat di Mata Orang yang Cerdik
Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkansenda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhiratitulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabut [29] : 64)
Saudara pembaca yang mulia, sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan permisalan yang bagus sekali tentang hakikat dunia yang kita tinggali ini, yakni “:
كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid (57) : 20)
Imam an-Nawawi rahimahullah pernah melantunkan beberapa bait sya’ir dalam muqoddimah Riyadhush Sholihin (Halaman.. 27 –tahqiq Syu’aib al-Arnauth, cet. Mu’assasah ar-Risalah) yang menerangkan hakikat dunia di mata orang yang cerdik :
“Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang cerdik
Mereka tinggalkan dunia dan takut terhadap ujiannya
Tatkala mereka pandangi dalamnya, tahulah
Bahwa ia bukan tempat tinggal orang yang hidup (kekal)
Mereka pun jadikan dunia, laksana laut yang penuh gelombang
Sedangkan amal sholih mereka sebagai perahunya
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita termasuk para hamba-Nya yang cerdik, yang tidak tertipu oleh gemerlapnya dunia seperti yang telah diceritakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri dalam firman-Nya:
حَتَّى إِذَا جَاء أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ
لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang sholih terhadap yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. al-Mu’minun [23]: 99-100)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !